Saya jarang marah, walaupun dihina, dan diejek, saya biasanya tetap tersenyum. Ataupun ada kejadian yang tidak mengenakkan, maupun sebuah kegagalan, saya juga tetap tersenyum. Barangkali ini terkait keturunan. Ayah saya juga jarang marah. Kalau marah, beliau cuman diam. Dan saat itulah saya tahu itu tanda dimana saya harus berhenti berulah. Saya sangat terilhami dari falsafah jawa, yaitu “nglimpe“. Orang yang berfalsafah “nglimpe“, biarpun diejek, dihina, dan diterjunkan, tetap tenang. Dan saat itulah dia mengatakan pada dirinya harus bisa, dan kemudian berbuat secara diam-diam untuk membuktikan dirinya. Orang lain tidak perlu tahu seberapa usaha keras yang dia lakukan sekarang. Yang penting nanti dikemudian hari, orang lain bisa melihat hasil dari kerja kerasnya.